Ganti Judul dan ALt sendiri

Rangkul dan Dengar untuk Mencegah Depresi pada Anak dan Remaja

Haiii gaisss… kalau boleh jujur, sebenarnya sedikit sulit untuk menulis tulisan ini. Sulitnya adalah karena tulisan ini harus aku tulis sambil mengingat-ingat kejadian yang sedang viral di media sosial akhir-akhir ini, yaitu tentang banyaknya kasus mengakhiri hidup yang dilakukan oleh para remaja.

Tulisan ini aku tulis tanpa ada niatan untuk membela atau pun menyudutkan pihak manapun. Just in case, this is only based on my personal thoughts and opinion. Jadi apabila ada yang kurang pas kalian bisa mengoreksi atau menambahkan opini kalian di kolom komentar yaaa…

Depresi

Maraknya kasus bunuh diri pada remaja
Source: https://pin.it/xLh2eUt

Depresi adalah suatu kondisi yang erat kaitannya dengan penurunan suasana hati. Biasanya orang yang mengalami depresi itu mempunyai suasana hati yang tidak stabil. Kalau mau dijabarkan lebih jelas sebenarnya depresi itu adalah suatu kondisi yang sangat luas serta multitafsir dan tidak semua orang bisa memahami kecuali memang yang sudah ahli dibidangnya.

Orang dengan gangguan depresi sering dideskripsikan sebagai seseorang yang sering merasa sedih, tertekan, menyendiri, kehilangan minat, murung dan sebagainya. Padahal menurut ilmu dan pengalaman yang aku dapat selama ini, depresi itu tidak melulu seperti itu.

Setiap orang bisa mengalami depresi. Bukan hanya orang yang kurang iman, bukan hanya orang yang sedang sakit fisiknya, bukan hanya orang miskin, bukan hanya orang dewasa, tetapi semua orang di segala usia bisa mengalami depresi. Hanya saja jenis dan tingkatan depresi masing-masing orang itu berbeda-beda.

Penegakan diagnosa depresi pun tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Ada banyak pemeriksaan dan assessment yang perlu dilakukan oleh ahlinya, yaitu psikiater dan psikolog klinis untuk bisa mengatakan seseorang itu benar-benar mengalami depresi atau tidak.

Sehingga depresi itu adalah suatu hal yang memang tidak untuk main-main. Herannya di masa sekarang ini entah bagaimana mulanya, depresi dan mental illness lainnya dianggap menjadi suatu hal yang keren oleh para remaja. Mereka menganggap dengan mental illness itu mereka keren.

Aku berpendapat seperti ini karena memang beberapa waktu terakhir ini aku mencoba mengulik konten-konten remaja dan mencoba untuk membaur dengan mereka. Tidak jarang juga aku berdiskusi dengan beberapa ahli kesehatan yang menangani kasus-kasus remaja, berdiskusi dengan orang tua yang mempunyai anak remaja dan juga berdiskusi dengan beberapa ahli di bidangnya.

Aku mencoba mendengarkan penjelasan mereka, aku mencoba mendengarkan keluhan mereka tentang kondisi anak mereka, aku mencoba memahami cerita-cerita kondisi anak dan remaja di lapangan. Semakin ku dengarkan kok rasanya semakin teriris sekali hatiku. Rasa was-was menyeruak di dalam hati dan pikiran, mengingat aku pun juga sudah mempunyai seorang anak.

Depresi, suatu isu kesehatan mental yang sedang marak akhir-akhir ini dan menjadi alasan beberapa orang bahkan anak dan remaja mengakhiri hidup mereka secara tragis. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Aku menuliskan ini sampai menitikan air mata. Astaghfirullah… lindungilah kami Yaa Rabb.. Lindungi lah kami dan juga anak keturunan kami.

Penyebab Depresi pada Anak dan Remaja

Penyebab depresi pada anak dan remaja itu sebenarnya bisa sangat bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh genetik, perubahan hormon dan juga kondisi traumatis. Entah aku pun juga bingung dengan kondisi mental anak dan remaja zaman sekarang. Tetapi ada beberapa penyebab sebenarnya yang menjadi fokus saat ini.

Beberapa yang bisa aku simpulkan adalah sebagai berikut:

Genetik, Perubahan Hormon dan Traumatis

Penyebab depresi pada anak dan remaja
Source: https://pin.it/13QKOYZ - https://pin.it/4zeNn9B

Tidak dipungkiri memang genetik mengambil peranan penting dalam salah satu faktor penyebab depresi. Seorang anak yang memiliki riwayat orang tua dengan gangguan depresi akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena depresi. Tentunya faktor ini tidak berdiri sendiri, biasanya ada faktor pemicu.

Kondisi pada anak dan remaja memang adalah kondisi-kondisi transisi. Perubahan hormon yang terjadi memang sering membuat mereka merasa asing dan tidak nyaman. Hal tersebut yang biasanya membuat suasana hati menjadi tidak menentu.

Kondisi traumatis itu bisa jadi berhubungan dengan hal-hal buruk yang dialami oleh seorang anak atau remaja di waktu yang telah lalu. Misalkan adanya kekerasan dalam rumah tangga, kondisi orang tua yang tidak harmonis, bullying dan sebagainya.

Depresi memang bukanlah suatu kondisi yang tiba-tiba terbentuk. Biasanya ada kejadian berulang dan dalam jangka waktu lama yang terpendam. Kondisi tersebut biasanya bisa mencetuskan depresi jika tidak segera ditanggulangi.

Pengaruh Media Sosial

Media sosial saat ini sudah memasuki era banjir bandang informasi. Tidak ada batasan informasi dari sekotak benda pintar yang ada di dalam genggaman.

Segala tampilan disuguhkan secara bebas dan mudah untuk diakses. Beberapa informasi yang tidak tepat sesungguhnya bisa memicu terjadinya depresi pada anak dan juga remaja.

 
Depresi pada remaja
Source: https://pin.it/2sgxqJS

Misalkan, mereka disuguhi dengan definisi standar kecantikan bahwa cantik itu harus kurus, tinggi, putih dan bermata bundar.

Akhirnya semua berlomba-lomba memenuhi standar itu dengan berbagai macam cara. Kalau tidak berhasil? Ya berujung pada depresi.

Mereka merasa sedih, minder dan juga tersisih jika tidak mampu memenuhi standar kecantikan tersebut.

Tidak hanya berhenti sampai disitu, sekarang trend-trend aneh dan menyesatkan pun bertebaran di sosial media tanpa malu. Aku pernah membaca suatu postingan berita tentang seorang remaja yang mengakhiri hidupnya lalu kemudian di dalam komentar banyak ku temukan kalimat "Entah apa yang membuatmu berani, aku pun ingin melakukannya".

Astaghfirullah… aku istighfar dan gemas membaca itu. Sebahaya itu peran sosial media di zaman sekarang ini jika tidak digunakan dengan tepat dan penuh pendampingan. Belum lagi judi online yang disisipkan dalam sebuah game.

PR ku dan kalian saat ini sungguh tidak mudah gaisss.

Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Tempat Tinggal

Tidak dipungkiri lingkungan sekolah dan tempat tinggal mempunyai peranan yang sangat penting dalam tumbuh kembang serta kesehatan mental anak dan remaja.

Disanalah saat ini waktu mereka banyak dihabiskan. Lingkungan yang buruk akan berdampak buruk juga pada tumbuh kembang dan kesehatan mental mereka.

Maka dalam memilih dua tempat ini, untuk saat ini juga bukan lah suatu hal yang mudah.

Kurangnya Pendidikan Moral dan Agama

Entah ini hanya opiniku atau bagaimana, saat ini kiblat moral dan agama anak dan remaja, utamanya remaja adalah pemikiran para influencer panutan mereka. Bukan lagi Al Qur'an dan Al Hadist.

Kenapa aku berkata demikian? Karena sekarang banyak remaja yang mengagungkan panutan mereka di sosial media hingga se fanatik itu.

Penanaman pendidikan moral dan agama kurasa kurang nampol hingga bisa menyentil mereka untuk kembali menjadi manusia yang beradab dan mematuhi perintah agama. So sorry gaisss, aku harus ngomong seperti ini.

Banyak ku temukan anak remaja jaman sekarang sangat minim di sopan santun. Merasa paling tahu dan susah sekali diingatkan karena beranggapan yang lebih tua itu kolot dan tidak tahu apa-apa. Benar memang tidak semua, semoga hanya sebagian kecil saja yang kutemukan ini.

Kurangnya Bonding dengan Orang Tua

Dari semua itu, terkadang akarnya adalah kurangnya bonding dengan orang tua. So sad, but true.

Kekerasan rumah tangga menyebabkan depresi pada anak dan remaja
Source: https://pin.it/1bNgYCt

Anak tumbuh dan berkembang bermula dari rumah. Tetapi terkadang rumah tidak bisa menjadi tempat untuk pulang dan menemukan kenyamanan. Dari situlah akar itu kemudian tumbuh dan membuat banyak cabang permasalahan mental pada anak dan juga remaja.

Peran Orang Tua dalam Mencegah Depresi pada Anak dan Remaja

Dari berbagai hal yang telah dijelaskan di atas, jadi sebenarnya bagaimana peran orang tua untuk bisa mencegah depresi pada anak dan remaja?

Dua hal penting yang bisa aku simpulkan untuk semua itu adalah:

Rangkul dan Dengar

Pertama, hal yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah menjadi orang tua yang aware dengan segala kondisi anak kemudian rangkul dan dengarlah. Jadilah orang tua yang merangkul anak, yang ada untuk anak, yang hadir untuk anak, yang bisa menjadi sahabat anak.

Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Anak juga manusia yang mempunyai keluh kesah dan kekhawatiran dalam hidupnya bahkan sejak dia berada di dalam perut. Dengarkan, dengarkan semua yang ingin mereka ungkapkan.

Bangun bonding yang kuat sejak anak masih berada dalam 1000 hari kehidupan pertamanya, karena berawal dari ikatan yang kuatlah komunikasi bisa berjalan dengan baik. Tanpa suatu ikatan percakapan antar orang tua akan terasa asing dan canggung.

Yokkk gaisss, mari kita sama-sama terus belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Aku pun sebagai orang tua masih banyak kurangnya, itulah kenapa hari ini aku ingin berbagi tentang cerita ini. Agar aku dan kalian bisa sama-sama terus belajar dan saling mengingatkan dalam proses mengasuh dan mendidik anak.

Keluarga harmoni mencegah depresi pada anak
Source: https://pin.it/3MKz3SD

Penanaman Akidah Sejak Dini

Setelah ikatan dan komunikasi antara anak dan orang tua sudah kuat, InsyaAllah penanaman akidah kepada anak akan menjadi semakin mudah.

Akidah yang baik InsyaAllah akan selaras dengan baiknya moral dan juga adab seorang anak.

Memang depresi itu tidak selalu berkaitan dengan orang yang lemah imannya tetapi percayalah hanya imanlah yang mampu menyelamatkan seseorang dari depresi.

Semoga Allah mudahkan kita semua dalam mendampingi amanah darinya ya gaisss. Aamiin… Yok mari kita terapkan rangkul dan dengar untuk mencegah depresi pada anak dan remaja. Memang tidak mudah, tetapi InsyaAllah kita pasti bisa.


3 komentar

Hai... Terima kasih sudah berkunjung. Semoga tulisan Bundbund bisa bermanfaat untuk kalian.
Bundbund tunggu komentarnya ya, tetapi jangan tinggalkan link hidup di dalam komentar ya temans
  1. Wah tulisannya hampir sama topik dengan mb Iis kemarin (18/10). Sama-sama tentang kekerasan pada anak/remaja. Tapi punya Bundbund lebih menyoroti depresi ya. Ini sangat menarik, kesehatan mental penting banget. Dan di masyarakat kita masih sering dianggap remeh. Padahal anak-anak generasi sekarang juga dikenal sbg strawberry generation. Nice infonya mba.

    BalasHapus
  2. Jadi tahu bahaya depresi,bisa menurun secara genetik. Ibu hamil mesti berupaya jauh 2 dari pemicu depresi ini

    BalasHapus
  3. Kadang suka heran, apa yang salah sama anak2 sekarang. Psikiater & Psikolog banyak dikunjungi para kaum muda dan kebanyakan karena mengalami depresi.
    Kalau kayak gini yang perlu dipertanyakan siapa ya? Orang tua, guru, lingkungan, atau apakah?

    BalasHapus